OLEH :
JIMI HARIANTO, M.Pd.I
MENERAPKAN METODE TERJEMAH DALAM MENGAJARKAN SHARAF
( THARIQOH AL-QOWA’ID WA AL-TARJAMAH )
Metode tata bahasa terjemah sebagai sebuah metode yang matang merupakan
hasil karya para sarjana pemikir jerman ; Johann Seidennticker. Pertama kali
dikenal dengan nama metode Prussia.
Pendekatan metode tata bahasa tarjamah
a.
Hakikat bahasa
Mengenai hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa,
metode bahasa tarjamah mempunyai beberapa poin yang berbeda dari pandangan
metode-metode modern. adalah metode yang menekankan pada pemahaman tata bahasa
untuk mencapai keterampilan membaca, menulis, dan menerjemah.
b.
Hakikat pengajaran bahasa
Asumsi- asumsi teoritis yang mendasari hal
tersebut ialah bahwa bahasa sasaran terutama sekali diintegrasikan sebagai
suatu system kaidah-kaidah yang akan diobservasi dalam teks-teks dan
kalimat-kalimat dan dihubungkan dengan kaidah kaidah dan makna bahasa pertama.
Berikut ini adalah asumsi-asumsi tentang pembelajaran bahasa yang
diyakini oleh metode tata bahasa terjemah :
1.
Melalui tata bahasa terjemah bahas
dipahami terdiri dari kata-kata yang ditulis dan kata –kata yang terwujud
secara mandiri.
2.
Didalam pengajaran bahasa apa yang
seharusnya diajarkan bukanlah bahasa itu sendiri tetapi cara pemikiran logis
dan mengembangkan disiplin mental yang berharga.
3.
Bahasa pengantar yang digunakan
adalah bahasa ibu.
4.
Pengajaran bahasa asing membutuhkan
perasaan aman dan kondisi ini akan terpenuhi manakala para pelajar bahasa
mengetahui bagaimana cara mengungkapkan sesuatu didalam bahasa sasaran.
Prosedur dan teknik metode bahasa terjemah
Dalam metode bahasa terjemah bahasa disajikan
dalam bab-bab atau pelajaran –pelajaran tata bahasa yang masing-masing memuat
beberapa butir atau kaidah tata bahasa yang disusun dan di ilustrasikan dengan
contoh-contoh cirri-ciri ketata bahasaan tertentu.
Istilah –istilah teknis ketata bahasaan tidak
dihindari. sang pembelajar diharapkan dapat menelaah, mengkaji serta
menghapalkan kaidah tertentu beserta contoh misalnya paradigm fi’il, harf, atau
adawat, latihan- latiahan terdiri dari kata-kata frasa-frasa, kalimat-kalimat
dalam bahasa ibu yang diterjemahkan oleh sang pembelajar kedalam bahasa sasaran
dengan bantuan kosa kata dwibahasa untuk mempratekkan butir atau kelompok butir
ketatabahasaan tertentu.
Agar kita memperoleh gambaran yang jelas mengenai
metode tata bahasa terjemah ini, pada bagian berikut ini kami kemukakan sebuah
contoh pembelajaran bahasa dengan metode ini.
Sebelum dimulai pembelajaran ini sisiwa sudah
duduk ditempat masing – masing dengan buku terbuka siap menanti pelajaran baru.
Pada halaman buku dimuka mereka terdapat sebuah bacaan pilihan, yang didahului
kosa kata bahasa arab dalam padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Kegiatan
pembelajaran diawali oleh guru dengan mengucapkan kosa kata yang harus
dihapalkan oleh siswa, lalu menjelaskan maknanya dengan menterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia. Sementara siswa mencatat kata-kata baru pada saat guru
membacakan terjemahannya.
Selanjutnya, dengan bahasa Indonesia guru
menyuruh beberapa orang siswa untuk membaca bahan bacan pilihan dalam buku
dengan suara nyaring. Bila siswa melakukan kesalahan, maka dalam seketika guru
langsung memperbaiki kesalahan tersebut, dan langsung melanjutkan bacaanya
tanpa mengulangi koreksi yang diberikan oleh guru.
Setelah menyelesaikan bacaan, siswa diminta untuk
menerjemahkan kedalam bahasa Indonesia, beberapa kalimat yang baru saja mereka
baca. Bila perlu guru sendiri akan member bantuan kepada setiap siswa yang
menemui kesulitan menerjemahkan beberapa kalimat, ketika para siswa sudah
menyelesaikan bacaan dan menterjemahkan paragraph, guru bertanya kepada mereka tetap
dengan mwengunakan bahasa Indonesia apakah ada diantara mereka yang mempunyai
pertanyaan terkait dengan makna suatau kata atau isi bacaan.
Kalau siswa tidak memiliki pertanyan lagi, guru
akan meminta mereka untuk menulis jawaban atas soal-soal pemahaman yang muncul
pada akhir bacaan. Soal-soal tu dalam bahasa arab. Sebagai tambahan diluar
pertanyaan – pertanyaan yang terkait dengan informasi yang terkandung dalam
bacaan paragaf, para siswa menjawab dua jenis pertanyaan yang lain.
Dalam memberikan metode pembelajaran shorof ada langkah-langkah yang
harus diperhatikan.
1 metode istintajiyah
Pola pembelajaran ini dapat disampaikan dengan cara modifikasi ceramah
sehingga siswa tetap kosentrasi berjalannya materi.
Langkah –langkah :
1.
Guru memberikan contoh –contoh
kalimat dengan pola tertentu misalnya : مبتداء ومؤخر
١ الاشجار فى البستان
٢
احمد فى الفصلى
٣ فى
البستان اشجار
٤ فى الفصلى احمد
2.
Dosen menjelaskan kalimat ni 1 dan 2
maha siswa diminta untuk memperhatikan isim yang ada diawal kalimat yang
digaris bawah. Isim-isim tersebut mubtada, sedangkan khobarnya adalah kata-kata
yang sesudahnya .
3.
Siswa diminta untuk memperhatikan dan
membandingkan dengan contoh no 3 dan 4
4.
Setelah siswa dapat mengidentipikasi
perbedaan kedua kelompok contoh tersebut, maka dijelaskan bahwa kata-kata yang
terletak dibelakang adalah mubtada muakhor dan yang didepan adalah khobar
mukodam.
5.
Dan pemantapan, mahasiswa diberi
contoh lain dengan pola yang sama.
MENERAPKAN METODE LANGSUNG DALAM MENGAJARKAN SHARAF
( THARIQOH
MUBASYIRAH/ DIRECT METHOD )
Pendekatan
Metode Langsung
a.
Hakikat
Bahasa
Metode ini melihat bahasa sebagai apa yang diucapkan
oleh penutur asli bahasa itu. Dengan demikian para pelajar bahasa tidak hanya
mempelajari bahasa sasaran tetapi juga mempelajari budaya dan penutur asli.
Metode ini juga menyatakan bahwa bahasa adalah suatu himpuna dari aturan-aturan
tatabahasa dan kosa kata yang terkait dengan situasi-situasi yang
rill.mempelajari bahasa asing berarti bahwa para siswa mampu berkomunikasi
dengan bahasa tersebut, baik secara lisanmaupun tulisan . metode langsung juga
melihat bahwa empat keterampilan berbahasa – mendengar, berbicara , membaca ,
dan menulis. Saling menguatkan antara yang satu dengan yang lai. Hanya saja
kemampuan berbicara dianggap sebagai pondasi utama. Bahasa pada dasarnya adalah
system lisan, bukan tulisan, membaca dan menulis bias diberikan sejak awal
tetapi hendaknya diberikansetelah para siswa berlatih menggunakan bahasa lisan.
b.
Hakikat
Belajar Bahasa
Asumsi metode langsung tentang pembelajaran bahasa
arab ialah bahwa proses belajar bahasa asing atau kedua sama dengan belajar
bahasa ibu atau bahasa pertama, yaitu dengan penggunaan bahas secara langsung
dan intensif dalam komunikasi .seperti seorang anak yang mempelajari bahasa ibu
nya, seorang pelajar juga mempelajari bahasa asing dengan cara menyimak dan
berbicara terlebih dahulu, sedang membaca dan menulis dapat dipelajari
kemudian. Oleh karena itu pelajar bahasa asing harus dibiasakan untuk berfikir
dalam bahasa target, dan untuk mencapai
kemampuan itu penggunaan bahasa ibu harus dihindarkan sepenuhnya (
Badri, 1413 H:6 ).
Desain Metode Langsung
a.
Tujuan
( umum dan khusus )
Para guru yang menggunakan metode langsung bertujuan
agar para siswa bias mempelajari bagaimana caranya berkomunikasi dalam bahasa
sasaran. Untuk bias melakukan hal tersebut dengan sukses, penting bagi para
siswa untuk belajar berpikir dalam bahasa sasaran.
b.
Model
sasaran
Silabus yang digunakan dalam metode langsung
didasarkan pada situasi – situasi . tatabahasa diajar secara induktif ; yaitu
para siswa diperkenalkan dengan contoh- contoh terlebih dahulu lalu mereka
berusaha memahami kaidah-kaidah atau generalisasi kaida yang berada dibalik
contoh-contohtersebut.
c.
Jenis
kegiatan belajar mengajar
Kemampuan berbahas yang dilebih utamakan adalah
kemampuan berbicara, bukan kemampuan menulis. Oleh karena itu siswa belajar
berbicara sehari-hari yang wajar dalam bahasa sasaran. Mereka juga mempelajari
budaya dan sejarah orang –orang yang berbicara dengan bahasa sasaran yang
mereka pelajari, geograpi dari Negara-negara diman bahasa itu digunakan sebagai
bahasa percakapan, dan informasi hidup sehari-hari para pembicara bahasa
target.
Guru-guru
yang mengunakan metode ini berkeyakinan bahwa siswa lperlu menghubungkan makna
dan bahasa sasarab langgsung. Untuk melakukan hal ini, ketika guru
memperkenalkan suatu kata atau frasa baru, ia akan mendemontrasikan maknanya
melalui pemakaian gambar-gambar, atau pantomin ; ia tidak pernah
menerjemahkannya kedalam bahasa pembelajaran. Bahas pribumi siswa tidak boleh
digunakan didalam kelas. Para siswa berbicara sebagian besar dalam bahasa
sasaran dan merek berkomunikasi seola-olah mereka dalam situasi-situasi yang
riil.
d.
Peranan
pembelajar, pengajar dan bahan ajar
Inisiasi interaksi pembelajaran berasal dari kedua
belah pihak, dari guru kepada para siswa dan sebaliknya dari siswa kepada gur.
Evaluasi dalam metode langsung dilakukan lebih banyak
secara informal, para siswa diminta untuk menggunakan bahasa, bukan untuk
menunjukannya baik dengan keterampilan lisan maupun tulisan. Sebagai contoh,
para siswa bisa jadi diwawancarai secara lisan oleh guru atau boleh jadi
diminta untuk menulis suatu alenia tentang sesuatu yang sudah mereka pelajari.
Presedur Dan Tehnik Metode Langsung
Diantara
prosedur pengajaran bahasa arab dengan metode langsung adalah yang diajukan
oleh titone dalam richarda daan Rodgers,
2003 : 12) cara ini sebenarnya bukanlah suatu prosedur tetapi lebih merupakan
serangkaian tehnik yang diusulkan oleh berlitz, salah satu dari pembaharu
amerika yang mencobauntuk membangun suatu metode pengajaran bahasa berdasar
metode langsung. Teknik-teknik ini tidak diatur secara procedural.
Teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Jangan
menerjemahkan, tetapi demonstrasikan
2.
Jangan
menjelaskan, tetapi perankan
3.
Jangan
berceramah, tetapi ajukan pertanyaan-pertanyaan
4.
Jangan
meniru kekeliruan, tetapi perbaiki
5.
Jangan
memakai kata-kata tungal, tetapi gunakan kalimat
6.
Jangan
berbicara terlalu banyak, tetapi upayakan siswa yang berbicara banyak jangan
mengekor pada buku , tetapi gunakan rencana pembelajaran sendiri
7.
Jangan
melompat-lompat, tetapi ikuti rencana sendiri
8.
Jangan
terlalu cepat, tetapi sesuaikan denga kecepatan siswa
9.
Jangan
berbicara telalu cepat, tetapi berbicaralah secarah alamiah
10. Jangan berbicara terlalu nyaring, tetapi berbicara
secara alamiah dan jelas
11. Jangan berbicara teklalu pelan, tetapi berbicaralah
dengan wajar
12. Jangan tergesa-gesa, tetapi tetaplah tenang dan
bersabar
Prosedur berikut diadaptasi
dari Larsen-freman (2000: 26-28 ) yang terlihat lebih sistematis disbanding
usulan titone. Menurut mereka prosedur pengajaran dengan menggunakan metode
langsung adalah sebagai berikut:
1.
Masing-masing
siswa mempunyai teks bacaan dihadapan mereka masing-masing.
2.
Para
siswa diminta secara bergantian untuk membaca teksdenga suara nyaring.
3.
Setelah
para siswa selesai membaca teks, mereka diminta untuk mengajukan pertanya dalam
bahasa secara terkait dengan teks jika ada.
4.
Guru
menjawab pertanyaan siswa dalam bahasa sasara terkait dengan teks jika ada
5.
Guru
membimbing para siswa untuk melatih pengucapan kata-kata.
6.
Guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang mereka yang ada dalam kelas
7.
Para
siswa menyiapkan pertanyaan dan pertanyaan masing-masing untuk diajukan kepada siswa lain yang ada dikelas.
8.
Guru
mengintruksikan para siswa untuk kembali kelatihan yang ada dalam pelajaran yang meminta mereka
untuk mengisi titik-titik.
9.
Para
siswa membaca sebuah kalimat secara nyaring dan menambahkan kata yang hilang
seperti mereka yang sedang membaca.
10. Guru meminta para siswa untuk mengeluarkan buku
catatan mereka lalu dia member mereka dikte sekitar topic yang sudah dibahas.
Berikut ini adalah contoh
lain penerapan metode langsung dalam pembelajaran bahasa arab yang diadaptasi
dari rencana pembelajaran yang diajukan oleh omaggio ( 1986 : 58 ) dan
langkah – langkah yang diajuka oleh Effendi ( 2005 : 37 )
Begitu kedalam kelas guru
langsung berbicara dengan bahasa arab , menyapa siswa dan bertanya mengenai
pelajaran pada aat itu. Para siswa juga menjawab dengan bahasa arab. Guru terus
mengemukakan pertanyan-pertanyaan dan sesekali member perintah. Setelah para
siswa mematuhi perintah dari guru, mereka menceritakan secara dalam bahasa arab
apa yang sedang mereka lakukan, kemudian menjelaskan kepada guru apa yang telah
mereka lakukan ( menggunakan “ fiil madhi “ atau “ fiil mudhari” )
Selanjutnya guru memulai
penyajian materi secara lisa, mengucapkan satu kata dengan menunjuk bendanya
atau gambar benda itu, memeragakan sebuah gerakan atau mimic wajah, pelajar
menirukan berkali-kali sampai benar pelafalannya dan faham maknanya.
Kemudianpelajaran berkembang
sekitar sebuah gambar yang dipakai oleh guru untuk mengajarkan kosa kata inti.
Berbagai demontrasi dan benda pun didiskusikan sesuai dengan kegiatan yang
tertera pada gambar. Guru mendemonstrasikan kegiatan-kegiatan tersebut dan
konsep-konsep yang tidak segera terlihat dan menunggu sampai seluruh kelas
benar- benar memahaminya kemudian
latihan berupa tanta jawab dengan kata tanga ma, hal ainadan sbagainya, sesuai
denga kesilitan tingkat tersebut.
Keunggulan dan kelemahan metode langsung
Keunggulan
1.
Pelajar
tampil menyimak dan berbicara karena para pelajar mendapat banyak latihan dalam
bercakap-cakap, khususnya mengenai topic topic yang sudah dilatih dalam keras
2.
Pelajar
menguasai pelapalan dengan baik seperti atau mendekati penututr asli
3.
Pelajar
banyak mengetahui kosa kata dan pemakainya dalam kalimat.
4.
Pelajar
memiliki keberanian dan spontanitas dalam berkomunikasi karena sejak awal telah
dilatih untuk berfikir dalam bahasa target sehingga tidak terhambat oleh proses
penerjemahan.
5.
Pelajar
menguasi tata bahasa secara fungsional tidak secara teoritis , artinya
berfungsi untuk mengontrol kebenaranya ujaranya.
Kelemahan
1.
Kemampuan
pelajar dalam membaca untuk pemahaman lemah, karena materi dan latihan yang
disediakan lebih menekankan pada keterampilan berbahasa lisa.
2.
Metode
ini menuntut para guru yang ideal dari segi keterampilan berbahasa ( mempunyai
kelencaran berbahasa seperti atau mendekati penutur asli) dan kelincahan dalam
penyajian pelajaran
3.
Metode
ini mempunyai prinsip-prinsip yang lebih tepat untuk digunakan dalam kelas
kecil yang jumlah pelajarny tidak banyak kurang dari 20 siswa dan tidak bisa
dilaksanakan dalam kelas besar.
4.
Penafian
metode ini terhadap pemakain bahasa pembelajar bisa berakibat terbuangnya waktu
untuk menjelaskan makna satu kata abstrak, dan terjadinya kesalahan persepsi
atau penafsiran pada siswa
5.
Metode
ini terlalu membesar-besarkan persamaan antara pemerolehan bahasa pertama dan
kedua dan banyak mengabaikan realita keterbatasan yang ada dalam kelas.
METODE MEMBACA ( THARIQOH AL- QIRO’AH )
Langkah-langkah
1.
Guru
memulai pembelajaran dengan memberikan kata-kata ungkapan yang dianggap sulit
yang akan ditemui oleh siswa dalam teks beserta penjelasanya mengenai makna
kata-kata dan ungkapan tersebut dengan devinisi, konteks dan contoh dalam
kalimat lengkap.
2.
Setelah
itu siswa diminta untuk membaca dalam hati teks bacaan yang sudah di program
selama kurang lebih 25 menit.
3.
Kegiatan
pembelajaran dilanjutkan dengan diskusi mengenai kandungan isi bacaan yang bisa
berupa tanya jawab dengan mengunakan bahasa ibu pelajar.
4.
Setelah
mengusai isi bacaan,guru membimbing siswa menyimpulkan suatu aturan tata bahasa
dalam bahan bacaan. dan jika dirasa perlu, guru akan memberikan penjelasasn
tentang tata bahasa tersebut secara singkat.
5.
Kalau
masih ada kosa kata yang belum di pahami oleh siswa maka pembelajaran akan
dilanjutkan dengan pembahasaan kosa kata yang belum di pahami.
6.
Berikutnya
para siswa akan mengerjakan tugas tugas yang ada dalam buku suplemen , yaitu
menjawab pertanyaan tentang isi bacaan , latihan menulis terbimbing. Dsb
7.
Setelah
selesai mengerjakan latihan , bahan bacaan perluasan diberikan untuk dipelajari
dirumash dan hasilnya dilaporkan pada pertemuan berikutnya .
METODE AUDIOLINGGUAL ( THARIQAH
SAM’IYAH SYAFAWIYAH)
Langkah langkah
1.
Pertama
siswa mendengar sebuah model dialog baik dari guru maupun rekaman yang berisi
struktur kunci yang menjadi fokus pembelajaran
2.
Dialog
disesuaikan dengan minat atau situasi siswa, melalui pengubahan kata kata kunci
atau ungkapan tertentu.
3.
Struktur
–struktur kunci tertentu dari dialog dipilih dan digunakan sebagai dasar untuk
latihan dengan berbagai jenisnya.
4.
Para
siswa bisa mengacu pada buku teks mereka malanjutkan dengan, membaca dan
menulis atau kegiatan pendalaman kosa kata berdasarkan pada dialog yang
dipergunakan.
5.
Ketgiatan
lebih lanjut bisa berlangsung dalam laboratorium bahasa.
METODE KOMUNIKATIF ( ITTISHALIYAH )
Langkah- langkah
1.
Pembelajaran
diawali dengan peyajian suatu dialog singkat didahului dengan motivasi dengan
situasi situasi dialog terhadap pengalaman pengalaman masyarak yang mungkin
diperoleh para pembelajar dan suatu diskusi mengenai fungsi dan situasi orang
peranan latar topik dan keinformalan bahasa yang menuntut fungsi dan situasi
tersebut.
2.
Kemudian
dilanjutkan dengan peraktek lisan setiap ucapan bagian dialog yang disajikan
pada hari itu pada umumnya didahului dengan model.
3.
Selanjutnya
pembelajaran dikembangkan dengan pengajuan pertanyaan –pertanyaan dan jawaban
jawaban tetap berdasarkan topik-topik dialog dan situasi itu sendiri.
4.
Setelah
itu guru dan murid menelaah dengan mengkaji salah satu ekpresi komunikatif
dasar dalam dialog itu atau salah satu struktur yang menunjukan fungsi
tersebut.
5.
Kegiatan
produksi produksi lisan bergerak maju dari kegiatan terpimpin menuju kegiatan
komunikasi yang lebih bebas.
6.
Sebelum
pembelajaran berakhir guru memberi contoh tugas pekerjaan rumah secara tertulis
ka;au diperlukan
7.
Akhirnya
dilakukan evaluasi pembelajaran misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan.
METODE GURU DIAM ( THARIQOH SHAMITHA
)
Langkah Langkah
1.
Guru
menyajikan satu kata baru sekali. Dengan demikian ia memaksa para pelajar untuk
menyimak dengan baik
2.
Sesudah
pelajar mampu mengucapkan bunyi-bunyi dalam bahasa target guru menyajikan bahan
peraga yang kedua yang berisi kosa kata yang dipilih guru diantara kata-kata
yang paling sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
3.
Guru
mengunakan balok-balok cuisinare yang warna warni yang berukuran 1-10 cm untuk
mendorong para pelajar berbicara.
METODE EKLEKTIK ( THARIQOH
INTIQO’IYYAH )
Langkah-Langkah
1.
Guru
menyampaikan gambaran umum isi materi hiwar bila terpaksa dalam bahas indonesia
dan siswa mendengarkan dengan perhatian
2.
guru
membacakan bahan ajar sedangkan siswa mendengarkannya
3.
guru
menyampaikan materi ajar tadi kalimat perkalimat lalu diikuti oleh siswa
4.
guru
menjelskan makna materi atau ungkapan yang baru dengan berbagai teknik dan
media yang sesuai.
5.
Kegiatan
pengajaran qirah diakhiri dengan tugas menjawab pertanyaan .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar