Mengarungi Samudra Kehidupan, kita ibarat pengembara hidup merupakan perjuangan yang akan jadi saksi pengorbanan. Baca Selengkapnya: Cara Membuat Tulisan Berjalan (Marquee) Pada Blog http://bisikan.com/cara-membuat-tulisan-berjalan-marquee-pada-blog#ixzz3jvtZ953R

Rabu, 09 September 2015

Keunikan-Keunikan Bahasa Arab (8)

Hanya dengan beberapa huruf yang menyusun kata, Bahasa Arab bisa mengungkapkan banyak ungkapan. Kita ambil contoh kata [عين] “’ain” yang umumnya dikenal artinya: mata. Jika kita membuka kamus artinya sangat banyak yaitu: manusia, jiwa, hati, mata uang logam, pemimpin, kepala, orang terkemuka, macan, matahari, penduduk suatu negeri, penghuni rumah, sesuatu yang bagus atau indah, keluhuran, kemuliaan, ilmu, spion, kelompok, hadir, tersedia, inti masalah, komandan pasukan, harta, riba, sudut, arah, segi, telaga, pandangan, dan lainnya. Kemudian dalam bahasa Arab juga dikenal istilah pembuangan kata atau kata yang disembunyikan yang dikenal dengan istilah “mahdzuf”.
 Contohnya, Pada kalimat syahadat [لا أله ألا الله] maka bukan artinya, -[لا] = tiada -[إله] = tuhan -[إلا] = selain -[الله] = Allah Karena arti ini salah besar, karena ada Ada khabar yang [محذوف] dibuang/tidak ditampakkan. Khabar yang dibuang tersebut adalah [حق atau بحق] “haqqun” atau “bihaqqin”.
 Maka makna syahadat yang benar adalah, لا معبود حق إلا الله “tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah” Kata [حق atau بحق] “haqqun” atau “bihaqqin” berdalil dengan firman Allah Ta’ala, ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الْبَاطِلُ “Yang demikian itu dikarenakan Allah adalah (sesembahan) yang Haq (benar), adapun segala sesuatu yang mereka sembah selain-Nya adalah (sesembahan) yang Bathil.” (QS. Luqman: 30) Begitu juga tafsiran para ulama, sebagaimana Ibnu Katsir menafsirkan surat Al Qashash : 70, Ath Thabari menafsirkan surat Al An’am : 106, As Suyuti menafsirkan surat Al Baqarah : 255. Dan banyak ulama yang lainnya. Contoh yang lain firman Allah dalam surat Yusuf Ayat 82, وَاسْأَلِ الْقَرْيَةَ الَّتِي كُنَّا فِيهَا Arti perkata adalah: “Tanyalah kepada kampung yang kami tinggal padanya” Namun ada kata yang “mahzuf”/dibuang yaitu [أهل] “ahli” /penduduk yaitu “mudhaf” dari [الْقَرْيَةَ] Abul Baqa’ Al ‘akbariy rahimahullah menjelaskan tentang ini, قوله تعالى: (واسأل القرية) : أي أهل القرية ; وجاز حذف المضاف ; لأن المعنى لا يلتبس “Firman Allah, “tanyalah kepada kampung” yaitu, penduduk kampung, boleh membuang [mahzuf] mudhaf, karena maknanya tidak menjadi rancu.” (At Tibyan fi I’rabil Qur’an 2/742, Asy Syamilah) Jadi arti yang tepat adalah : ““Tanyalah kepada penduduk kampung yang kami tinggal padanya” Oleh karena itu, belum pernah ada satupun terjemahan Al Qur’an yang lebih singkat dari bahasa arab aslinya. >>Lebih mudah dihapalkan Ini karena adanya “wazan” atau cetakan/pola kata yang sudah kami jelaskan sebelumnya. Dengan adanya cetakan kata tersebut lidah dan lisan kita akan terbiasa mengucapkannya. Dan sesuatu yang sudah terbiasa kita ucapkan maka akan lebih mudah dihapalkan Selain itu, bahasa Arab seakan-akan tiap kata bisa disambung bacaannya. Jadi seakan-akan beberapa kata tersebut kita sambung terus, sebagaimana kita membaca Al Qur’an. Ini karena struktur bahasa arab yang mendukung seperti adanya [ال] “alif lam”, dan ada kaidah penyambungan tiap kata. Mungkin bisa kita buktikan, jika kita menghapal Al Qur’an tiap kata kita putus-putus cara bacaannya, maka kita agak kesusahan. Berbeda jika kita menyambung tiap kata maka akan memudahkan. Contohnya basmalah, Jika kita hapal [ب – اسم – الله – الرحمان – الرحيم] “bi – ismi – Allahi – Ar-Rahmani- Ar-Rahimi” Maka kita akan agak kesusahan, tetapi jika kita sambung, maka akan memudahkan sebagaimana kita membaca basmalah. Terbukti bahwa orang-orang Arab -sekalipun Arab badui [kampung]- hapalannya kuat dan mampu menghapal beribu-ribu bait syair. Mampu menceritakan banyak cerita sejarah hanya berdasarkan hapalan, sehingga dahulu tulis-menulis dikalangan mereka kurang berkembang, karena jika mudah dihapal maka tidak perlu ditulis. Ditambah lagi mereka dianugerahkan kekuatan hapalan. Bukti lainnya, banyak orang yang tidak mengenal dasar bahasa Arab sekalipun tetapi mampu menghapal 30 juz Al Qur’an dengan hapalan yang kokoh dan tanpa cacat tiap kata bahkan huruf. Masih ingin tahu keunikan-keunikan lain dari bahasa arab? Tunggu kelanjutannya, insya Allah…

Jumat, 04 September 2015

MANFAAT BERSYUKUR DAN BERPIKIR POSITIF BELIEVE IT OR NOT ! TAHUKAH ANDA APA MANFAAT TERBESAR DARI BERSYUKUR DAN BERPIKIR POSITIF ? Tidak hanya membuat hati menjadi lebih bahagia dan tenang, ternyata juga di ikuti oleh perubahan di tubuh dan wajah kita. Jadi perhatikanlah tubuh dan wajah kita dicermin, jika hasilnya tidak seperti yang kita harapkan kemungkinan besar kita termasuk orang-orang yang jarang sekali bersyukur dan berterimakasih atas segala hal yang telah dianugerahkan Tuhan pada kita. Share foto dari Pak Pangeran Naga Samudera sebuah foto sebelum dan sesudah hidup ini diisi dengan penuh rasa syukur Percaya atau tidak saya dan keluarga sudah mencobanya sendiri, hasilnya sungguh luar biasa.. !

RENUNGAN SEORANG BUDAYAWAN

Seorang Budayawan Jawa yg sangat terkenal pandai, cerdik, arif dan bijaksana...suatu malam di ajak dialog oleh anaknya, yg sedang STRESS BERAT karena hendak menghadapi UAS... “Pak..pak... aku mau tanya...”, kata anaknya. “Bapak tahu gak..., Siapa sich orang yg paling soleh dan mulia di muka bumi ini.....?" tiba-tiba sang anak bertanya. "Wah InsyaAllah bapakmu pasti tahu nak...., memangnya kenapa tanya2 tentang itu..?" Anaknya kembali melanjutkan, ”Apa dulu waktu sekolah orang ini jug dapet rangking 1 atau juara kelas disekolahnya pak.?” tanya anaknya. "Wah... sepertinyanya tidak juga ya nak..., bahkan zaman itu belum ada sekolah, apa lagi rangking... tapi yg pasti memang akhlaknya sangat luar biasa, jujur dan bisa dipercaya, makanya bisa jadi orang yg mulia sepanjang zaman, memangnya kenapa ...?" Ah.... gak apa-apa... cuma ingin tahu saja...., lalu kembali si anak membolak balik buku pelajarannya sambil membuat coretan di sana sini. Tak lama kemudian kembali si anak bertanya lagi.... "Pak...pak... Bapak tahu gak ya....siapa sih orang yg paling kaya di dunia ini...?” Dengan nada bangga bapaknya menjawab.... “Oh iya pasti Bapakmu tahu nak, bapakmu inikan orang yg sangat mengikuti perkembagan zaman dan informasi..”, jawab Bapaknya... “Memangnya ada apa..? “ Anaknya kembali melanjutkan, ”Apa dulu waktu sekolah orang ini juga dapet rangking 1 atau juara kelas. pak.?” tanya anaknya. Sambil mengernyitkan dahi tanda sedang berpikir... lalu si Bapak ini menjawab... “sepertinya sih ndak juga ya... ! memangnya kenapa...? “ “Ah Enggakk apa2 pak... Cuma pingin tahu saja...” jawab anaknya kalem, sambil kembali membolak-balik buku pelajarannya. ”Oh iya Pak... Apakah Bapak juga tahu siapa orang yg paling cepat di arena balap mobil formula dunia pak...?” kembali anaknya nyeletuk bertanya. ”Oh tentu. Saja..... kata Bapaknya...bapak kan juga hobi nonton acara olah raga...., memangnya kenapa...? ” Kini giliran bapaknya yg penasaran. ”Apa orang ini dulunya waktu sekolah juga dapet rangking juara...ya pak....?” Kembali si Bapak pengeryitkan dahinya tanda berpikir lebih keras..., lalu dengan agak kurang yakin dia menjawab, ”sepertinya tidak juga ya nak...? Memangnya kenapa...?” ”ah enggak Cuma pingin tahu saja.....” kata anaknya kalem. Kembali lagi si anak nyeletuk bertanya pada bapaknya, ” Oh iya pak, apa bapak juga tahu siapa bintang sepakbola terbaik Eropa tahun ini pak...? ” Wah kalo yg itu Bapak mu pasti tahu nak... soalnya itu bintang kesayangan Bapak juga. nak.....” “Apakah orang itu dulu juga saat sekolah dapet rangking di kelasnya pak.....? ” Wah... kali ini Bapaknya agak meng- garuk2 kepala mengingat2... “Sepertinya enggak juga tuch nak...? Memangnya kenapa...? “ ”Ah... Enggak2 apa2 pak, Aku cuma penasaran saja ingin tahu...” jawab anaknya kalem. ”Oh iya ngomong2 apakah bapak juga tahu....Siapa sich orang-orang yg dulunya dapet rangking juara di kelasnya terus kemudian menjadi orang2 hebat atau selebrities terkenal.... seperti Rudi Hartono, Rudi Hadi Suwarno, Rudi Choirudin David Backamp, Ronaldo, Steven Spielberg, Steven Siegel, Steve Job, Michail Jordan, Michael Schumacher, Michael J. Fox, Michael Jackson, Michael Dell, Tiger Woods, Colonel Sanders, Ray Kroc, Conrad Hilton, Hendry Ford, Thomas Edison, Soichiro Honda, Oprah Wenfrey, Robert Kyosaki, Anthony Robin, Ronald Reagen dan orang terkenal lainnya pak...?” (Rupanya anaknya seneng baca buku biografi orang-orang terkenal ya -red) ”Wah....wah....wah....kok buanyak banget..?” kata bapaknya terkaget-kaget. Setelah terdiam sejenak untuk berpikir....lalu Sang Bapak Budayawan Arif dan Bijaksana tadi menjawab, ”Menurut biografi mereka, yg pernah bapak baca... orang2 yg kamu sebutkan itu dulunya adalah anak yg biasa2 saja... dan sepertinya tidak ada yg pernah dapet rangking juara di kelasnya....? ” Memangnya ada apa kamu tanya2 seperti ini.....? ”Ah enggak....., Aku heran saja pak.... kenapa sich semua orang tua terus saja ngotot memaksa anaknya untuk selalu bisa dapet rangking atau juara di kelasnya.... lah wong jelas2 bapak sendiri juga tahu gitu lho..... kalo orang2 hebat itu dulunya juga tidak pernah mendapat rangking atau jadi juara di sekolahnya....?” ”Jadi apa hubungannya antara Rangking Juara dengan Sukses di kehidupan ya pak...?” Kok sepertinya aneh saja... apa ya semua orang pada gak mikir gitu lho.” kata anaknya sambil kembali menggaruk2 kepalanya menunjukkan Stress karena harus MENGHAPALKAN SEKIAN RATUS HALAMAN DAN SOAL-SOAL UNTUK UAS BESOK. "Aku itu gak ngerti lho pak aku belajar banyak pelajaran ini nantinya untuk apa? untuk siapa? trus kalau sudah besar aku itu mau jadi apa saja gak pernah tahu, dan apa yang aku pelajari ini berguna bagi profesiku kelak?" Sang budayawan yg arif dan bijak sana ini tiba2 jadi tertegun mendengar ucapan anaknya. Baru kali ini ada orang yg berhasil membuatnya tertegun, diam kehabisan kata2 untuk bicara alias ”Speechless”.... dan baru kali ini juga sang budayawan bijak ini tersadarkan akan apa yg selama ini dia dan sebagian besar orang tua di Indonesia tidak sadari tentang dunia pendidikan anaknya yg kalau dipikir-pikir pakai akal sehat, memang sudah sangat tidak masuk akal ini. Tanpa sadar sang budayawan jadi terkenang pada masa2 sekolahnya dulu...dan ingat kembali bahwa dulunya ternyata ia juga adalah murid yg biasa2 saja di kelas....dan bahkan kerap kali sering di marahi guru karena lebih gemar membuat puisi dan menggambar karikatur, membuat wayang saat belajar di kelas. Tapi meskipun dulu biasa-biasa saja kini dia telah menjadi seorang budayawan yg sangat mumpuni dan terkenal di seantero tanah Jawa dan Nusantara dan menjadi narasumber di berbagai acara tv dan acara2 penting lainnya.

Rabu, 26 Agustus 2015

Surat dari seorang sahabat

Surat dari seorang sahabat Keluh kesah seorang sahabat yang saat ini belajar di negeri Belanda sungguh sangat bagus sekali untuk kita pikirkan & kita renungkan oleh karenanya saya sangat ingin sekali mengajak anda semua untuk membacanya dan meresapi maknanya. UntuK :Bapak S yang sangat saya hormati Di manapun anda berada sekarang. Pak S yang baik hati, bapak adalah orang yang pertama kali membuat saya tertarik pada sejarah. Saya teringat bagaimana bapak selalu menggambarkan peta (yang disederhanakan) untuk mengingatkan kami murid-murid tentang daerah mana yang sedang kami bicarakan. Saya teringat bagaimana bapak menerangkan tentang perang dunia, tentang politik etis, dan juga tentang bagaimana kejadian di suatu negara bisa berpengaruh di negara lain. Maafkan saya bapak, saya sebenarnya hanya mengingat sepotong-potong. Dan sayangnya di masa pendidikan saya yang selanjutnya saya berhenti belajar sejarah. Hanya sedikit sekali mempelajarinya. Saya menyesal. Sekarang saya berkesempatan belajar di negeri seberang. Dan terkadang, sejarah merupakan sesuatu yang sering dipertanyajan, bahkan saat sedang berbincang santai saat makan malam bersama teman-teman. Saya bisa menjawab sebatas yang saya tahu. Sedikit sekali. Saya terpana waktu teman dari berbagai belahan negara berbincang-bincang seperti: "Waktu tahun segini..... ini yang terjadi di sini...." "Ah saya tahu, negaramu kan sedang....., saat itu banyak yang pindah ke negara saya." Bapak S guru sejarah saya yang saya hormati, betapa menyesal saya tak banyak belajar sejarah. Seorang teman saya yang sedang belajar hukum di negara seberang lainnya, pernah berkata pada saya: "Saat kita sedang berada di luar negeri, orang-orang tidak akan menanyakan apa yang kita tahu tentang negara mereka (negara lain). Mereka akan bertanya apa yang kita ketahui tentang negara kita sendiri." Pendapat teman saya benar sekali Pak. Saat saya sedang melanglang buana seperti ini, pertanyaan-pertanyaan tentang Indonesialah yang selalu ditanyakan pada saya. Kadang hal-hal sederhana, seperti, "Berapa jumlah penduduk di negaramu?" Saya suka lupa, saya ingat kita negara terpadat ke-4 di dunia. Untuk data detailnya saya biasanya ngintip Wikipedia. Satu hal yang mencengangkan saya di sini, adalah saat saya belajar tentang negara-negara berkembang lainnya. Saya juga belajar bagaimana suatu "kekuatan besar" mengendalikan negara-negara dunia ketiga. Bukan saja dalam hal ekonomi, tapi juga pendidikan. "Dunia global" sedang memaksa negara-egara berkembang untuk memajukan pendidikan. "Pendidikan untuk semua", begitu katanya. Tak ada yang salah untuk pendidikan untuk semua. Kenapa tidak? Tapi pendidikan semua seperti apa? Itu pertanyaan besarnya. Saya sempat membca sebuah jurnal tentang suatu negara berkembang di benua lain (bukan asia). Di sana diceritakan bagaimana "standardized test" dipaksakan oleh sebuah lembaga besar agar negara tersebut bisa mendapat pinjaman dana. Negara berkembang harus meningkatkan kemampuan dalam numeracy dan literasi (bahasa). Begitu katanya. Soal kreativitas? Eits nanti dulu.... Pak S, guru sejarah saya yang lekat di hati saya. Sungguh bukan masalah bila ada pendidikan gratis bagi semua. Kenapa tidak? Indonesia kaya akan putra-putri yang pandai berhitung dan membaca? Kenapa tidak? Tapi apa yang saya pelajari hari-hari ini mengingatkan saya akan pelajaran bapak beberapa tahun yang lalu. Saya ingat sekali. Ya, POLITIK ETIS! Walau saya tidak ingat tahunnya, Bapak pernah bercerita bahwa Belanda pernah mau mendidik bangsa Indonesia karena punya kebutuhan. Mereka butuh juru ketik dan tulis. Saya sempat terpikir bahwa apa yang terjadi hari ini pun bentuk modern dari politik etis. Ini bukan fakta, masih perkiraan saya saja. Pikiran akan politik etis modern ini berkali-kali mengelisahkan saya. Kalau anak-anak Indonesia hanya pandai berhitung, bukan pandai berlogika, untuk apa? Kalau anak-anak hanya bisa membaca, tanpa memahami makna, untuk apa? Sebagai seorang yang pernah mengajar dan belajar matematika, saya mulai bertanya-tanya untuk apa murid-murid kita dipaksa "berhitung yang sulit-suit?" Kalkulus, limit, (Segala materi SMA). Mesti hafal rumus, bisa menghitung tapi pemahaman tak dibangun tak mengapa. Untuk apa? Sekali lagi Pak S, saya kembali ingat apa yang bapak ajarkan dahulu, beberapa tahun yang lalu. P O L I T I K E T I S Apabila kita hanya bisa berhitung tanpa berlogika dan membaca tanpa memahami, tanpa memaknai, maka... Kita belajar untuk kepentingan siapa? Ada yang butuh kita.... tanpa logika kita Ada yang butuh kita.... tanpa pemahaman kita Ada yang butuh kita... tanpa kesadaran kita Ada yang butuh kita... tanpa kreativitas kita Bapak S, saat saya memulai surat ini, tak saya sangka akan jadi sepanjang ini. Ini hanya sebuah kegelisahan saya yang sempat menganggu pikiran saya. Satu hal yang saya ingat juga, dari apa yang pernah bapak ajarkan pada saya. Bapak pernah berkata, dari politik etis di zaman Belanda, walau diawali tujuan-tujuan untuk kepentingan Kompeni, tetaplah lahir kalangan-kalangan terpelajar. Beberapa diantara mereka, turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dan juga berperan dalam membangun bangsa. Diam-diam saya menaruh harap, apabila benar perkiraan saya, bahwa apa yang terjadi hari ini merupakan "politik etis modern", mudah-mudahan muncul 'pemikir-pemikir besar untuk bangsa' lainnya. Hormat dari muridmu yang sedikit bandel dulu DPS Para orang tua dan guru yang saya cintai dimanapun anda berada, Mari kita renungkan..mari kita lakukan sesuatu untuk Indonesia yang lebih baik dari apa saja yang mungkin dan dari apa saja yang kita bisa.

Minggu, 23 Agustus 2015

Mengajari balita kita membaca, seberapa penting...?


Suatu hari saya di tanya apakah saya boleh mengajarkan anak saya membaca di usia dini...? Karena saat ini marak metode yang mengajarkan anak membaca di usia dini.
Agak sulit untuk menjawab pertanyaan ini, untuk itu mari kita tanya pada diri sendiri, Tujuan apa yang mendasari kita mengajari anak membaca. apakah kita ingin anak kita bisa membaca atau kita ingin anak kita menjadi gemar membaca..? Pertanyaan ini sangat penting, karena jelas sekali bedanya anak yang bisa membaca dengan anak yang suka/gemar membaca.
Kalau tujuan kita hanya agar anak kita bisa membaca, dan biasanya dengan salah satu tujuan lainya adalah untuk di pamerkan pada saudara, kerabat atau tetangga, sungguh ini sayang sekali dan tidak akan memberikan manfaat maksimal bagi anak kita.
Namun kalau tujuan kita adalah agar anak kita suka/gemar membaca maka mungkin jauh lebih bermanfaat bagi mereka kelak. Tapi sayangnya mengajarkan anak membaca diusia yang terlalu dini justru tidak membuat anak menjadi gemar membaca.
Hasil penelitian menjukkan bukti bahwa anak-anak yang diajari baca setelah usia 7-8 tahun justru membaca buku dan menulis jauh lebih banyak daripada anak yang di ajari baca sejak usia 5 tahun.
Kemudian hasil lain adalah bahwa kemampuan baca anak yang di ajari baca sejak usia 5 tahun dengan anak yang di ajari baca di usia 7-8 tahun akan sama kemampuannya pada saat mereka sama-sama berusia 10 tahun. Namun Minat baca anak yang diajari sejak usia lima tahun jauh lebih rendah dibanding anak yang diajari baca di usia 7-8 tahun.
Mengapa hal ini bisa terjadi...? Mari kita simak bersama penjelasannya.....
Otak anak pada usia dini itu bertumbuh sangat pesat, jika kita mengembangkan kemampuan kreatif mereka maka syaraf-syaraf kreatifnyslsh yang akan berkembang sangat pesat. Hal ini di tandai dengan rasa ingin tahu yang tinggi dari seorang anak. Namun jika tidak maka rasa ingin tahu atau syaraf-syaraf kreatifnya melemah, sehingga minat/rasa ingintahu anak pada berbagai hal juga melemah.
Oleh karena itu berdasarkan penelitian. Di ketahui bahwa jauh lebih penting mengajarkan anak kreatifitas sehingga syaraf-syaraf kreatifnya bertumbuh sempurna; syaraf kreatif yang tumbuh dgn sempurna ini akan akan membuat anak memiliki rasa ingin tahu yang besar akan berbagai hal, lalu setelah itu baru kemudian anak diajari bagaimana memenuhi rasa ingin tahunya tersebut melalu kemampuan membaca. Sehingga setelah dia bisa membaca maka dia akan gunakan kemampuan bacanya tersebut untuk mengeksplorasi segala informasi dari berbagai bahan bacaan untuk memenuhi rasa ingin tahunya tersebut.Begitulah penjelasan Kathy H Passeks, dalam bukunya yang berjudul Even Einstein did not learn a flash Card. atau Einstein ternyata tidak pernah belajar Flash Card.
Dari penjelasan tersebut ternyat di ketahui bahwa mengajari anak membaca di usaia dini justru kontra produktif terhadap pertumbuhan syaraf-syaraf kreatif yang dimilikinya. Sehingga pada saat anak sudah bisa membaca, dia tidak tahu untuk apa kemampuan itu dia gunakan, karena rasa ingin tahunya akan sesuatu tidak ada.
Oleh karena itu jika kita perhatikan pendidikan-pendidikan usia dini yang ada di negara-negara maju pada umumnya sebagian besar aktifitasnya di fokuskan untuk membangkitkan kreatifitas anak melalui berbagai macam permainan dan diskusi; mereka baru diperkenakan baca tulis hitung diusia kira-kira 7 atau 8 tahun.
Para orang tua dan guru yang saya cintai....
Coba perhatikan berapa banyak buku yang sudah kita baca dalam setahun...?apakah menurut anda minat membaca kita saat ini cukup besar...? Jika tidak, mungkin bisa jadi karena kita dulu sejak kecil sudah difokuskan untuk bisa membaca dan bukannya mengembangkan kreatifitas dan rasa ingin tahu kita.
Akan tetapi sekali lagi segalanya terpulang kembali pada masing-masing orang tua. Apakah kita ingin anak kita cepat bisa membaca saja atau kita ingin anak kita menjadi anak yang gemar membaca...

Sabtu, 22 Agustus 2015

Bagaimana jika anak saya mulai bertanya tentang "SEX"...?


Suatu hari saya ditanya oleh seorang ayah, dia bingung karena anak perempuannya yang berusia 7 tahun sudah mulai mengajukan pertanyaan seputar SEX....
Apakah sudah tepat jika saya jawab...? kapan sich waktu yang tepat untuk mengajari anak-anak tentang sex...?
Sesungguhnya Sex itu bersifat netral,=""> bagaimana kita mengarahkan dan menggunakannyalah yang menyebabkan sex itu baik atau buruk. Jadi syarat pertama sebelum kita bicara pada anak adalah jelaskan bahwa sex itu adalah proses alami mahluk hidup dalam melangsungkan kehidupan spesiesnya.
Kapankah saat yang tepat untuk mengajari anak tentang sex, adalah saat pertamakali anak mulai menanyakannya pada kita. Yah itulah saat yang tepat.Jangan sampai terlambat, karena jika tidak ia akan mencari tahu dari orang atau pihak lain yang tidak jelas.
Ingat jangan pernah memarahi anak yang bertanya dan ingin tahu tentang sex,terimalah ini sebagai proses alami, dan bersyukurlah ia bertanya pada orang tuanya.
Bagaimana acara, jelaskan apa adanya jangan di tutup-tutupi, bawalah arah pembicaraan pada hal-hal yang bersifat ilmiah, sains genetika kedokteran.Misalnya jika anak anda menanyakan apakah arti senggama dan berhubungan badan...? untuk apa itu dilakukan...? Maka jelaskanlah masing-masing fungsi alat reproduksi, apa tujuan mulia Tuhan memberikan alat ini, buka gambar fungsi reproduksi dari buku-buku kedokteran dan jelasakan pula bagaimana orang-orang sering melakukan tindakan yang keliru terhadap fungsi reproduksi ini. Jika kita adalah kalangan yang beragama, maka kita bisa kaitkan sedikit-demi sedikit bagaimana seharusnya fungsi-fungsi ini dilakukan berdasarkan ajaran-ajaran Tuhan melalui agama kita masing-masing.
Terus pancinglah pertanyaan dari anak anda, mengenai hal apa saja yang telah ia ketahui dari teman-temanya tentang sex, dan apa yang dilakukan teman-temannya apakah terjadi penyimpangan, ajak anak anda untuk membahasnya.
Ingat jadikanlah diri kita sebagai konsultan sex bagi anak-anak kita, kalau bukan kita siapa lagi. Dan sekali lagi sex itu adaah sesuatu yang netral dan alami yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup, jadi bahaslah sex dalam konteks yang netral dan mendidik.
Jika setiap orang tua mau untuk melakukan hal ini bagi anak-anak remajanya, maka Insya Allah anak-anak kita akan tahu menentukan pilihan yang benar sehingga kasus-kasus penyalahgunaan seksual di usia dini dan aborsi akan bisa cegah dan dikurangi.


Lihat tayangan videonya di : http://www.youtube.com/watch?v=ugKqhRyK5CU




Suatu ketika saya pernah ditanya tentang Home Schooling; Lalu saya jawab Home schooling artinya Melakukan aktivitas Pembelajaran dirumah, tapi home schooling bukan berarti memindahkan kurikulum sekolah ke rumah. Home schooling juga merupakan pendidikan alternatif yang terjangkau oleh semua kalangan, memberikan kemerdekaan untuk memilih model dan waktu pembelajaran yang cocok bagi anak. Kurikulumnya bisa dibuat sesuai kebutuhan dan tujuan akhir pembelajaran bagi anak.
Dan berita baiknya adalah Home Schooling sudah mendapat restu dari pemerintah dan kalau tidak salah Kak Seto adalah sebagai ketuanya assosiasi Home Schooling di Indonesia.
Sebenarnya home schooling bukanlah barang baru, kalaupun mungkin masih barang baru di negeri kita namun di dunia sudah mulai dikenal lebih dari 20 tahun yang lalu. HS awalnya munculnya sekitar tahun 80an di Eropa dan Amerika, Home schooling muncul sebagai bentuk gejolak dan kegundahan orang tua terdidik terhadap kelayakan sekolah-sekolah yang saat itu. Karena dunia pendidikan saat itu dinilai lebih mementingkan nilai-nilai dan angka-angka semata ketimbang mendidik seorang anak secara utuh, yakni keseimbangan antara unsur intelektual, mental, dan moral/karakter..
Para orang tua yang peduli pendidikan kala itu menilai bahwa sekolah yang tidak peduli akan pendidikan Moral dan Karakter anak hanya akan menjadi tempat persemaian yang subur bagi penyebaran berbagai penyakit moral. Jika tidak salah sejak tahun 2000 di negara-negara maju Home Schooling sudah secara resmi diaku oleh Pemerintah masing-masing.
Lalu apakah home schooling ini efektif dan bisa menghasilkan anak-anak yang berkualitas...?
Berdasarkan bukti-bukti sejarah para jenius dunia seperti Leonardo Davinci dan Thomas Edison adalah anak-anak yang dulunya di didik dengan metode home schooling. Dan dalam buku Home Schooling yang ditulis oleh Kak Seto, menjelaskan bahwa di Indonesia sendiri tokoh-tokoh besar seperti Ki Hadjar Dewantoro, KH. Ahmad Dahlan, KH. Wachid Hasyim dan Buya Hamka dididik oleh orangtuanya dengan metode Home Schooling.
Dan yang menarik, di daerah Bantul Yogyakarta ada Seorang Dosen Pascasarjana Kimia UGM, Pak Djoko namanya, yang malah melakukan pendidikan Home Schooling terhadap ke 5 orang anaknya. Meskipun Pak Djoko sendiri adaah seorang yang sudah bergelar Doktor. Dan hasilnya ternyata sungguh luar biasa, Dalam usia yang begitu muda mereka berhasil menciptakan Bio Chip dan alat deteksi jantung untuk dunia kedokteran yang di patenkan di Jerman.
Selain itu Kak Seto sendiri selaku orang yang sangat senior dan sekaligus pakar di bidang pendidikan juga telah memilih home schooling bagi anaknya. Para orang tua yang berbahagia kiranya tokoh sekaliber Kak Seto tentunya tidak akan main-main dengan masa depan anak-anaknya. Bahkan jika tidak salah beliau juga secara langsung membawahi Asah Pena salah satu Home Schooling di Indonesia.
Apakah landasan berpikir ilmiah orang melakukan Home Schooling bagi anak-anaknya.
Hampir semua penelitian tentang otak dan anak selama 30 tahun terakhir menyatakan bahwa sebenarnya anak-anak adalah mahluk pembelajar yang luar biasa. Jadi yang dibutuhkan seorang anak dalam belajar adalah kesempatan untuk mengeksplorasi hal-hal yang menjadi minat terbesarnya, dan bukan harus mempelajari semua bidang mata pelajaran yang diwajibkan namun tidak diminatinya.
Seperti apa yang pernah dilakukan oleh Nancy Alliot Ibunda Thomas Edison. Beliau tidak mengajari apapun pada anaknya melainkan hanya bertanya dan mendukung apa yang ingin di ketahui anaknya, yakni dengan menjadikan Garasi rumah sebagai bengkel kerja bagi anaknya, serta mengajak Thomas untuk menemukan buku-buku yang ingin dipelajarinya atau mencari orang yang bisa menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh ibu Nancy sendiri.
Jadi setiap anak itu sebenarnya bisa menjadi manusia-manusia luar biasa asakan ia punya minat belajar yang kuat dan mau bekerja keras – Itulah yang di katakan Thomas Edison pada saat ia berhasil membuat bola lampu listrik.
Semoga uraian singkat ini ini bisa memberikan gambaran mengenai Home Schooling bagi orang tua yang berminat melakukan pendidikan berbasis rumah bagi anak-anaknya.